Sunday 22 January 2017

Cerita dan mereka

Gambar terkait

Sekitar bulan September tahun 2015, beberapa minggu sebelum wisuda untuk pertama kalinya aku dapat panggilan kerja. Bukan sembarang pekerjaan, waktu itu sebuah stasiun radio kecil memanggil untuk wawancara. Selang beberapa minggu sebuah email masuk dan jadilah aku seorang penyiar radio. Bangga bukan main, suaraku yang seadanya ini akhirnya mengudara. Sebuah prestasi tersendiri bagiku, mengingat menjadi penyiar adalah salah satu mimpi yang terpendam. Namun rupanya tak banyak yang setuju denganku, beberapa malah cenderung meremehkan. "Ah cuma cuap-cuap doang, apa susahnya." "Kalo cuma ngomong doang mah semua orang bisa." kira-kira begitulah kata mereka. Mereka tak tahu bahwa dibalik itu ada banyak hal yang harus dilakukan, mulai mengatur mixer hingga memilih lagu. Ya, semua orang bisa bicara, tapi bukankah dibutuhkan kecakapan tersendiri untuk berbicara sendiri namun seolah olah memiliki lawan bicara? Membawa pendengar merasakan apa yang kita rasakan, mengerti pesan yang kita sampaikan lewat kata-kata sederhana, bukanlah perkara mudah. Aku bangga diberi kesempatan untuk mencicipi mimpi itu, meskipun tak bertahan lama. Hanya sekitar tiga bulan. Sebelum aku berkata "cukup" dan memilih pindah ke perantauan. Hanya tiga bulan, tapi aku bangga. Setidaknya ada beberapa orang di luar sana mendengar suaraku, dan aku selalu bersyukur untuk itu.

No comments:

Post a Comment